Orang Miskin Bangladesh Boleh Berbahagia...

Bank Kaum Miskin
Karya Muhammad Yunus

Terbit 2007 oleh Marjin Kiri | Binding: Paperback | ISBN: 979126001X | Halaman: 269

Edisi Indonesia dari "Vers un monde sans pauvreté".
Penerjemah: Irfan Nasution


ORANG miskin di Bangladesh boleh berbahagia sekarang. Terima kasih pada bank-bank yang tersebar di negeri banjir itu yang bernama Grameen. Dalam Bank ini semua orang miskin, juga para pengemis, dapat memperoleh kredit tanpa agunan.

Hingga akhir 2006, Bank Grameen telah mengucurkan kredit kepada hampir 7 juta peminjam di 73.000 desa. Para peminjamnya kebanyakan perempuan. Mereka memakai kredit untuk memulai usaha kecil, membangun rumah dan membiayai sekolah. Khusus untuk para pengemis, Bank Grameen menyediakan kredit tanpa bunga. Peminjam boleh membayar kapan pun dengan jumlah berapa pun. Mereka diberi ide agar membawa barang seperti makanan, mainan dan kebutuhan rumah tangga saat mereka meminta-minta dari rumah ke rumah. Lebih dari 85.000 pengemis ikut program ini. Pinjaman untuk mereka biasanya sekitar Rp 120.000,-

Semua itu dimungkinkan karena Muhammad Yunus, pendiri Bank Grameen, percaya bahwa jika diberi modal, jutaan orang miskin dapat menciptakan keajaiban dengan usaha kecil mereka.

Dengan memberikan kredit kepada orang miskin, Yunus melawan kemiskinan sebagai langkah awal untuk perdamaian. "Perdamaian," kata Yunus, "terancam oleh tatanan ekonomi, sosial dan politik yang tidak adil, tiadanya demokrasi, kerusakan lingkungan dan pelanggaran hak-hak asasi manusia."

Jangan bayangkan semua itu terjadi semudah membalikkan tangan. Semua jerih payah itu butuh waktu 30 tahun. 30 tahun lalu Bangladesh sedang dilanda kelaparan hebat. Yunus mengajar di salah satu universitas di negerinya. Di ruang kelas ia mengajarkan teori ekonomi yang muluk-muluk dengan antusiasme seorang yang baru lulus dari Amerika Serikat. Namun, selesai mengajar, begitu keluar kelas, ia langsung melihat kerangka hidup berkeliaran di sekelilingnya: orang-orang yang sekarat, tinggal menunggu ajal.

"Saya merasa," tutur Yunus, "apa pun yang telah saya pelajari, apa pun yang saya ajarkan, hanya merupakan khayalan, yang tak punya arti bagi kehidupan orang-orang itu. Karena itu, saya mulai mencoba mengetahui bagaimana orang-orang yang tinggal di kampung sebelah universitas kami itu menjalani kehidupan mereka. Saya ingin tahu apakah ada sesuatu yang dapat saya lakukan sebagai sesama manusia, untuk menunda atau menghentikan kematian, walaupun hanya menyangkut satu orang saja. Saya pun meninggalkan pola pandang seekor burung, yang memungkinkan kita untuk melihat segala-galanya jauh dari atas, dari langit. Saya mulai mengenakan pandangan mata seekor cacing, yang berusaha mengetahui apa yang saja yang terpapar persis di depan mata – mencium baunya, menyentuhnya, dan melihat apakah ada sesuatu yang bisa saya lakukan."

Yunus menanggalkan ke-priyayi-annya dan bergumul langsung dengan rakyat yang membutuhkan kepintarannya. Berbeda dengan orang-orang perbankan, Yunus memilih untuk percaya pada orang-orang miskin. Ia sendiri mulai meminjami dan herannya setiap kali dipinjam, uangnya selalu kembali setiap sennya.

Akhirnya, pada tanggal 2 Oktober 1983 berdirilah Bank Grameen, Bank Orang Miskin. "Betapa bersemangatnya kami semua, ketika kami memiliki bank kami sendiri, dan kami dapat melakukan ekspansi sekehendak kami. Dan nyatanya kami terus berkembang."

Berkat Bank Grameen, separo lebih nasabah telah melewati garis kemiskinan dan 5.000 pengemis berhenti meminta-minta. Lalu Panitia Nobel 2006 menganugerahkan penghargaan Nobel Perdamaian kepada Muhammad Yunus dan Bank Grammen.

Contoh yang patut ditiru bukan? Nah, cendekia... jangan malu-malu untuk mengikuti jejak pak Yunus untuk membuat orang miskin di Indonesia bahagia.

0 balasan:

Posting Komentar

 
Konten blog Fans Berat Buku bersifat personal.
Template Blogger Theme dari BloggerThemes Desain oleh WPThemesCreator